PADANG — Setelah tujuh tahun menunggu sejak peletakan batu pertama pada 2018, ruas tol Padang-Sicincin akhirnya resmi beroperasi penuh pada 28 Mei 2025. Jalan bebas hambatan sepanjang 36,6 kilometer ini memangkas waktu tempuh Padang ke Sicincin dari sekitar 90 menit menjadi hanya 30 menit.
Tol ini menjadi ruas pertama dari proyek besar Tol Trans-Sumatra yang melintasi Provinsi Sumatera Barat. Pengoperasiannya dilakukan setelah melalui uji laik fungsi pada Januari 2025 dan mendapatkan sertifikat laik operasi dari Kementerian PUPR pada April 2025.
Selama masa awal, masyarakat sempat menikmati perjalanan gratis hingga akhir Mei. Namun, setelah masa promosi usai, muncul keluhan baru: tarif tol yang dinilai cukup mahal bagi pengguna harian.
“Kalau cuma ke Sicincin bolak-balik tiap hari, bisa habis lebih dari lima ratus ribu seminggu,” keluh beberapa warga pengguna kendaraan pribadi di media sosial.
Meski begitu, sebagian pengguna mulai melihat sisi lain: efisiensi waktu dan bahan bakar yang dihemat. Dengan jalur lurus tanpa tanjakan berat dan kemacetan, kendaraan bekerja lebih ringan. Penggunaan BBM pun bisa berkurang 30–40 persen dibanding melewati jalur lama yang berkelok dan menanjak seperti Sitinjau Lauik.
Perbandingannya sederhana: tarif tol memang terasa tinggi di angka, tapi jika dikonversi ke penghematan BBM, waktu, dan risiko kecelakaan di jalan lama — hitungannya bisa jadi seimbang. Bahkan, bagi pelaku usaha logistik dan wisata, manfaatnya jauh lebih besar karena distribusi barang dan mobilitas menjadi jauh lebih efisien.
Tol ini juga diharapkan menjadi katalis ekonomi bagi kawasan sekitar, dari Padang Pariaman hingga Tanah Datar. Akses ke destinasi wisata, sentra UMKM, dan kawasan industri menjadi lebih mudah dijangkau.
Namun, tantangan berikutnya adalah memastikan manfaat ini tidak hanya dinikmati kendaraan pribadi atau pengusaha besar, melainkan juga masyarakat nagari di sekitar jalur tol. Pemerataan akses ekonomi dan transportasi menjadi kunci agar tol ini benar-benar menghadirkan kemajuan, bukan sekadar jalan cepat berbayar.
Tol Padang-Sicincin bisa jadi simbol baru pembangunan Sumbar: cepat, modern, tapi masih butuh keseimbangan antara harga dan manfaat. Mahal di tarif, tapi menang di efisiensi. Dan mungkin, itu harga yang wajar untuk sebuah kemajuan — asal semua bisa ikut merasakannya.































