Pemerintah Provinsi Sumatera Barat memperpanjang masa tanggap darurat bencana hidrometeorologi selama 14 hari, hingga 22 Desember 2025. Keputusan ini diambil setelah evaluasi menyeluruh terhadap kondisi lapangan yang masih menunjukkan banyak pekerjaan kritis, terutama evakuasi korban dan pendataan kerusakan di berbagai daerah terdampak.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, menyatakan bahwa sejumlah warga masih dinyatakan hilang, sementara proses pendataan bangunan rusak, kerugian material, dan kebutuhan pengungsi belum rampung. “Kita harus memastikan semua warga tertangani. Evakuasi dan pendataan belum selesai,” tegasnya dalam rapat koordinasi bersama BPBD, TNI/Polri, dan pemerintah kabupaten/kota.
Data Dashboard Satu Data Bencana menunjukkan bahwa lebih dari 16 kabupaten/kota mengalami dampak signifikan. Ribuan warga mengungsi akibat banjir, tanah longsor, banjir bandang, dan kerusakan infrastruktur yang memutus akses antarwilayah.
Perpanjangan status darurat ini memberikan ruang kerja lebih bagi petugas dalam mengutamakan pencarian korban, penyaluran bantuan, dan penyusunan data kerusakan yang menjadi dasar rehabilitasi jangka panjang.
PETA KONTEKS DAERAH TERDAMPAK
(Karena portal membutuhkan visual terpisah, versi teks berikut dapat diubah menjadi infografik oleh tim desain.)
Wilayah yang masuk zona dampak bencana hidrometeorologi meliputi:
Agam – longsor besar dan banjir; akses jalan beberapa kali terputus.
Tanah Datar – banjir bandang dari hulu menyebabkan kerusakan parah permukiman.
Padang Panjang – hujan ekstrem memicu aliran debris dan merusak fasilitas umum.
Padang Pariaman – ratusan rumah terendam, tanggul sungai jebol di beberapa titik.
Kota Padang – banjir merata di daerah rendah, ribuan warga terdampak.
Solok & Solok Selatan – longsor menutup jalur utama antardaerah.
Limapuluh Kota – rumah hanyut, puluhan warga mengungsi.
Pasaman & Pasaman Barat – luapan sungai memutus akses jembatan desa.
Pesisir Selatan – banjir pesisir dan kerusakan fasilitas publik.
Daerah lain seperti Bukittinggi, Payakumbuh, Dharmasraya, dan Sijunjung juga mencatat dampak namun dalam intensitas lebih rendah.
STATISTIK RINGKAS BENCANA SUMBAR
(Data dirangkum dari RRI, BNPB, dan sumber rilis sebelumnya; angka akan diperbarui sesuai update resmi selanjutnya.)
Kategori Data Sementara
Kabupaten/Kota terdampak 16 wilayah
Korban meninggal 32 jiwa*
Korban hilang 11 orang*
Korban luka 40+ orang
Pengungsi ± 6.000 jiwa
Rumah rusak berat 350 unit
Rumah rusak sedang 700 unit
Infrastruktur rusak (jembatan/jalan) 25 titik
Fasilitas umum terdampak 40+ unit
*Catatan: Angka dapat berubah seiring proses pencarian dan identifikasi.
Kutipan Resmi dari Pemerintah
Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar menegaskan bahwa perpanjangan status darurat penting untuk memastikan data yang dihimpun dapat dipertanggungjawabkan. “Kita butuh data akurat untuk rekonstruksi. Tidak boleh ada yang tertinggal,” ujarnya.
BPBD Sumbar menambahkan bahwa akses ke beberapa lokasi masih sulit karena kombinasi cuaca ekstrem dan kerusakan jalan, sehingga membutuhkan waktu lebih panjang bagi tim SAR dan relawan.
Perpanjangan status tanggap darurat ini menjadi tanda bahwa pemulihan Sumatera Barat masih membutuhkan energi besar dan kerja kolektif. Di tengah cuaca yang belum stabil, keputusan ini memberi ruang agar pencarian korban, penanganan pengungsi, dan perbaikan dasar dapat dilakukan dengan tuntas. Bagi warga Sumbar, langkah ini bukan sekadar menunggu waktu, tetapi harapan agar setiap kehilangan dan kerusakan mendapat penanganan sebaik mungkin.






























