PADANG — Konferensi Wakaf Internasional 2025 resmi ditutup Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, Minggu (16/11/2025) di Hotel Truntum Padang. Penutupan ini menandai berakhirnya rangkaian diskusi dua hari yang mempertemukan tokoh nasional, ulama internasional, lembaga wakaf, hingga investor syariah dari berbagai negara.
Mahyeldi menyebut konferensi ini bukan sekadar ajang pertemuan, tetapi momentum penting untuk memperkuat gerakan wakaf produktif di Indonesia. Ia menegaskan bahwa wakaf tidak lagi dipandang sebagai kegiatan sosial semata, melainkan instrumen ekonomi yang relevan dengan tantangan hari ini.
“Selama dua hari kita mendengar gagasan-gagasan luar biasa. Wakaf bukan hanya ibadah sosial, tetapi instrumen ekonomi yang sangat relevan dengan tantangan zaman,” ujar Mahyeldi.
Tema Wakaf untuk Pembangunan Berkelanjutan dianggap sejalan dengan kondisi nasional yang menghadapi keterbatasan anggaran negara serta meningkatnya kebutuhan pembangunan publik. Mahyeldi menekankan perlunya tata kelola yang profesional, digitalisasi wakaf, serta kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan syariah, dan masyarakat.
Sejumlah program yang telah berjalan di Sumbar seperti Wakaf Produktif Pesantren, wakaf sektor pangan dan pertanian, hingga Wakaf ASN dan wakaf digital bersama Bank Nagari Syariah dan BWI disebut sebagai langkah menuju visi menjadikan Sumbar pusat gerakan wakaf produktif Indonesia.
Mahyeldi berharap rekomendasi forum ini benar-benar ditindaklanjuti. Ia menegaskan pentingnya memastikan hasil konferensi tidak berhenti di dokumentasi. “Kita ingin hasil konferensi ini menjadi gerakan nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Hamid Fahmy Zarkasyi, menyoroti keunikan sistem wakaf Gontor yang memadukan modernitas dan tradisi. Ia menjelaskan bagaimana pesantren tersebut diwakafkan sejak awal tanpa kepentingan keluarga pendiri. Model ini diakui dunia sebagai Tajribah Wahidah fil ‘Alam atau satu-satunya sistem pendidikan seperti itu di dunia Islam.
Hamid menyampaikan bahwa masyarakat Sumbar memiliki hubungan historis dengan Gontor dan berharap daerah ini menjadi pionir gerakan wakaf nasional. “Kami siap memberikan kontribusi apa pun untuk Sumatera Barat,” ujarnya.
Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI), Dr. H. Tatang Astarudin, menilai konferensi ini menjadi tonggak penting kebangkitan gerakan wakaf nasional, terlebih bertepatan dengan 100 tahun Pondok Pesantren Gontor. Menurutnya, wakaf mampu memperkuat marwah umat Islam dan berperan dalam menyelesaikan persoalan kebangsaan.
Dalam penutupannya, Tatang menyampaikan apresiasi dan mengutip hadis tentang pentingnya meninggalkan amal yang terus memberi manfaat bagi umat. Ia menyebut wakaf sebagai salah satu jalan menuju negeri yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur.
Dengan berakhirnya Konferensi Wakaf Internasional 2025, Sumatera Barat berharap forum ini menjadi langkah awal kolaborasi besar untuk memperkuat gerakan wakaf berkelanjutan di Indonesia. Bagi daerah yang sejak lama dikenal memiliki tradisi keislaman kuat, Sumbar kembali melihat peluang untuk menempatkan diri sebagai lokomotif gerakan wakaf nasional.































