Padang, Sumbar FYi – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menyatakan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 7,3 % hingga 2029, daerah ini membutuhkan investasi minimal sebesar Rp 120 triliun. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Gubernur Mahyeldi Ansharullah saat membuka Forum Investasi MKI Sumbar pada 14 Oktober 2025.
Dalam forum yang mengusung tema “Strategi Investasi Energi Hijau dan Implementasi RUPTL 2025–2034”, hadir Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, Ketua Umum DPP MKI Evy Haryadi, serta pelaku usaha dan investor energi.
Gubernur Mahyeldi menegaskan bahwa investasi dari sektor swasta sangat penting agar Sumbar tidak sekadar mengejar angka, tetapi membangun ekonomi hijau yang kokoh. “Tanpa modal besar dari investor, target RPJMN sulit dicapai,” ujarnya.
Data dan Fakta Penting
Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Sumbar mencapai 52 % dari total potensi nasional, tertinggi di Indonesia.
Pemanfaatan energi air baru sekitar 26 %, panas bumi sekitar 5 %, sedangkan energi surya dan laut masih sangat terbuka ruangnya.
Cadangan listrik di Sumbar saat ini hanya 4 % dari kebutuhan, jauh di bawah ideal 20–30 %.
Pemerintah provinsi mengklaim telah menyiapkan regulasi, insentif, serta kemudahan perizinan untuk mempercepat realisasi investasi EBT.
Kritik dan Tantangan yang Harus Dihadapi
Target investasi Rp 120 triliun menjadi beban besar bagi Sumbar di tengah persaingan antar daerah. Kesiapan regulasi saja tidak cukup; kapasitas pemerintah kabupaten/kota dan kepercayaan investor lokal juga menjadi penentu. Baru dengan insentif dan kepastian hukum yang nyata, minat modal swasta bisa terwujud. Selain itu, tantangan teknis — seperti jaringan listrik, akses lahan, dan kapasitas SDM — belum banyak disorot dalam pernyataan publik.
Di ranah lokal Sumatera Barat, kecepatan tanggapan pemerintah kota, kabupaten, serta masyarakat terhadap proyek EBT akan sangat menentukan apakah investasi bakal mengalir. Bila birokrasi lambat, investor bisa memilih provinsi lain yang lebih “ramah modal”.
Investasi Rp 120 triliun bukan sekadar angka ambisius — ia menjadi tolok ukur apakah Sumatera Barat mampu mewujudkan lompatan ekonomi melalui energi hijau. Kini tergantung pada komitmen nyata dan kolaborasi antara pemerintah daerah, investor, dan masyarakat untuk memastikan janji menjadi kenyataan.