Padang – Klub asal Sumatera Barat, Semen Padang FC, kembali pulang tanpa poin setelah kalah tipis 0–1 dari Malut United dalam lanjutan BRI Super League 2025/2026 pekan ke-10 di Stadion Gelora Kie Raha, Ternate, Minggu malam (26/10/2025).
Kekalahan ini tidak hanya karena ketajaman lawan, tetapi juga tersangkut dalam keputusan wasit yang dipandang sebagai penentu hasil. Pada menit ke-41, Semen Padang mengalami krisis pemain setelah Rosad Setiawan menerima kartu kuning kedua dan diusir dari lapangan.
Meski kemudian bermain dengan 10 orang, tim dari Sumbar ini berhasil menahan serangan lawan hingga babak kedua. Namun, menit ke-76 (atau ke-77 menurut sumber lain) situasi berubah setelah wasit menunjuk titik penalti untuk tuan rumah.
Pelatih Semen Padang, FX Yanuar, menyatakan kekecewaannya atas keputusan tersebut. Menurutnya, penalti itu “mutlak” tanpa membuka opsi penggunaan sistem Video Assistant Referee (VAR), padahal prosesnya dirasa tidak konsisten.
“Kita datang ke Ternate bukan untuk menyerah. Tetapi jika pihak ketiga menurunkan level pertandingan, maka hasilnya pun kehilangan makna,” kata Yanuar.
Dari sisi klasemen, kemenangan ini membawa Malut United mempertahankan posisi di papan atas, sementara Semen Padang masih tertahan di dasar klasemen dengan raihan empat angka.
Bagi masyarakat Sumbar—yang menjadi basis pendukung klub ini—peristiwa semacam ini menjadi panggilan untuk melihat lebih jauh bukan hanya performa tim, tetapi juga aspek keadilan dan profesionalisme dalam kompetisi sepak bola nasional.
Penegasan akhir: Keputusan wasit yang kontroversial di Ternate tidak hanya mempengaruhi skor akhir, tetapi juga mengingatkan bahwa integritas pertandingan adalah bagian dari hak warga kawasan untuk mendapatkan persepakbolaan yang adil dan bermutu.




























