Delapan kelompok tani di Bungus Teluk Kabung dan Lubukkilangan akan mendapat akses irigasi air tanah, namun pertanyaan soal biaya operasional dan pengelolaan jangka panjang masih menggelayut.
Padang, Sumbar.fyi — Setelah lama bergulat dengan musim kemarau yang mematikan, petani di beberapa kecamatan Kota Padang akhirnya mendapatkan angin segar. Balai Wilayah Sungai (BWS) V merancang pembangunan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) senilai Rp 1,5 miliar yang akan menjangkau lahan di Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Lubukkilangan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani, pembangunan akan dimulai setelah sosialisasi di Kantor Camat Bungus Teluk Kabung, yang melibatkan kelompok tani lokal. Proyek ini menargetkan delapan kelompok tani sebagai penerima manfaat. Sistemnya: pompa air dari sumur bor dalam, lalu disalurkan melalui pipa ke lahan sawah.
Namun, proyek yang dipuji sebagai “solusi permanen” ini menyisakan sejumlah catatan kritis:
- Biaya operasional & elektrifikasi
Siapa yang akan membiayai listrik pompa air dan perawatan pipa bila terjadi kerusakan? Ini pertanyaan krusial yang sering terlupakan dalam proyek irigasi skala kecil. - Pengawasan dan transparansi
Dengan nominal anggaran cukup besar, publik menuntut agar ada audit rutin serta pelibatan masyarakat dalam pengelolaan. Tanpa itu, proyek bisa menjadi mubazir atau tidak berkelanjutan. - Ketahanan jangka panjang
Infrastruktur tanpa manajemen yang baik bisa rusak cepat. Ada risiko JIAT jadi proyek jangka pendek yang dipuji saat inaugurasi, tapi tak berfungsi dalam 2–3 tahun selanjutnya. - Kepastian terhadap kelompok tani
Delapan kelompok tani terpilih — apakah ini mewakili wilayah terluas yang membutuhkan? Haruskah ada ekspansi ke kelompok tani lain jika ini sukses?
Tokoh setempat seperti Wakil Wali Kota Maigus Nasir menyebut bahwa program ini bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan di Padang. Namun praktik di lapangan-lapangan irigasi sebelumnya (di wilayah lain) menunjukkan bahwa pengelolaan mesin pompa sering mandek karena kekurangan dana operasional lokal.
Irigasi air tanah memang bisa menjadi game-changer bagi pertanian Padang jika direncanakan matang dan dikelola transparan. Tapi jangan sampai dana Rp 1,5 miliar habis tanpa manfaat jangka panjang. Sumbar.fyi mengajak pemerintah kota, BWS V, dan kelompok tani untuk terbuka soal anggaran, mekanisme pemeliharaan, dan evaluasi rutin.