Padang — Pemulihan Sumatera Barat terus berjalan di tengah kerusakan besar akibat bencana hidrometeorologi. Senin (1/12/2025), PKS Sumbar melepas konvoi bantuan darurat yang dihimpun melalui pemotongan gaji seluruh anggota legislatifnya. Bantuan tersebut ditujukan untuk warga terdampak di berbagai daerah, mulai dari Padang, Agam, Solok, Tanah Datar, Pasaman Barat, hingga Padang Panjang.
Bantuan yang dikirim meliputi makanan siap saji, air bersih, obat-obatan, perlengkapan darurat, dan kebutuhan pokok lainnya. PKS menyebut langkah ini sebagai bentuk solidaritas internal untuk meringankan beban warga yang kehilangan rumah, anggota keluarga, dan sumber kehidupan.
Ketua DPW PKS Sumbar, H. Ulyadi, Lc., MA, menyatakan bahwa bantuan tersebut diharapkan dapat menjangkau titik-titik terdampak yang masih kesulitan logistik. “Bantuan ini diharapkan bisa memberikan keringanan kepada korban banjir di beberapa wilayah di Sumbar,” ujarnya.
Gubernur Sumatera Barat Buya Mahyeldi mengapresiasi gerak cepat PKS dan menyatakan bahwa dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. “Kita apresiasi PKS sebagai yang terdepan. Kita juga membuka peluang bagi pihak lain untuk ikut membantu masyarakat,” kata Mahyeldi.
Mahyeldi juga melaporkan data terbaru kerusakan akibat bencana. Kerugian ditaksir melampaui Rp1 triliun. Korban meninggal mencapai 132 orang, sementara 118 orang masih hilang. Lebih dari 33.000 rumah rusak. Fasilitas umum yang terdampak mencakup 99 sekolah, 12 fasilitas kesehatan, 72 rumah ibadah, 10 bendungan, serta empat kilometer jalan yang hancur.
Sekjen DPP PKS, Muhammad Khalid, M.Si., menegaskan bahwa bencana ini merupakan duka bersama dan membutuhkan konsolidasi nasional. “Duka Sumatera ini adalah duka Indonesia. Presiden PKS telah memerintahkan seluruh anggota Fraksi PKS DPR RI untuk memotong gajinya demi membantu masyarakat,” ujarnya.
Khalid juga meminta pemerintah pusat mempertimbangkan penetapan status bencana nasional agar proses mitigasi dan pemulihan dapat berlangsung lebih cepat dan terkoordinasi.
Bencana ini kembali mengingatkan Sumatera Barat pada siklus bencana alam yang berulang. Bantuan dan solidaritas menjadi penting, namun langkah jangka panjang untuk memperkuat kesiapsiagaan daerah tetap menjadi pekerjaan besar yang menunggu penyelesaian.































