AGAM — Panen perdana sawit plasma di Koperasi Tompek Tapian Kandis menjadi bukti bahwa program replanting mulai memberikan hasil nyata bagi petani di Kabupaten Agam. Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah yang hadir langsung pada Kamis (13/11/2025) menyebut panen ini sebagai momentum penting peningkatan ekonomi rakyat.
Panen tersebut merupakan hasil replanting yang dimulai pada 2021. Setelah empat tahun, bibit sawit baru mulai berproduksi dan membawa harapan baru bagi petani Salareh Aia Barat, Kecamatan Palembayan. “Alhamdulillah, panen perdana ini meningkatkan perekonomian warga,” kata Mahyeldi.
Ia menegaskan kualitas bibit menjadi kunci keberhasilan replanting. Menurutnya, area PT AMP Plantation—mitra koperasi—menggunakan bibit unggul yang mampu menghasilkan produksi lebih stabil. Karena itu, pemerintah daerah meminta Dinas Perkebunan memastikan mutu bibit pada setiap proses replanting di Sumbar.
Replanting dinilai perlu dilakukan lebih luas, terutama pada kebun sawit berusia di atas 20 tahun. Mahyeldi menyebut harga sawit ke depan berpotensi terus meningkat, terutama setelah kebijakan hilirisasi berjalan dan ekspor tidak hanya berbentuk bahan mentah. Pada 2024, minyak kelapa sawit menyumbang 1.719,91 juta US$ atau 78,98% total ekspor Sumbar dengan volume 1,856 juta ton.
Dalam masa replanting, petani tetap dapat menanam jagung atau padi gogo sehingga pendapatan tidak terhenti. Pola seperti ini dianggap bisa menjaga arus ekonomi rumah tangga petani sebelum sawit kembali berproduksi.
Di hadapan petani, Mahyeldi juga meminta perusahaan sawit membina masyarakat sekitar kebun agar manfaatnya lebih merata. “Dengan edukasi dan kemitraan, petani akan lebih berminat bekerja sama,” ujarnya.
Bupati Agam Benni Warlis menegaskan bahwa replanting memperbaiki hambatan petani yang sebelumnya kesulitan melakukan peremajaan secara mandiri, terutama pembersihan lahan dan biaya penanaman. Program pemerintah, termasuk dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar Rp60 juta per hektare, disebut mampu mempercepat proses tersebut.
Dari total 10 ribu hektare lahan plasma di Agam, masih banyak yang membutuhkan peremajaan. Benni mengajak petani mempercepat replanting agar produktivitas tidak jatuh lebih dalam. “Bibit yang kita tanam hari ini, tiga atau empat tahun lagi sudah bisa dipanen. Jangan menunggu,” katanya.
General Manager PT AMP Plantation, Low Kim Seng, menjelaskan bahwa sawit plasma mitra perusahaan sudah berusia lebih dari 20 tahun sehingga produktivitasnya menurun tajam. Replanting dilakukan untuk menjaga kesinambungan produksi. Dengan bibit baru, satu hektare diperkirakan mampu menghasilkan hingga 10 ton sawit per tahun.
Panen perdana ini menjadi penanda keberlanjutan kemitraan antara PT AMP Plantation dan Koperasi Tompek Tapian Kandis yang telah berjalan sejak 1994. Replanting juga mendorong petani mengorganisasi diri dalam kelembagaan usaha agar lebih kuat dan mandiri.
Momentum ini bukan hanya perayaan panen, tetapi juga pengingat bahwa keberhasilan perkebunan bergantung pada kolaborasi, kualitas bibit, dan pendampingan berkelanjutan. Sawit yang tumbuh kembali di Agam menjadi simbol upaya memperkuat ekonomi petani di Sumatera Barat.































