PADANG — Bencana hidrometeorologi ekstrem yang melanda Sumatera Barat pada 21–27 November 2025 meninggalkan duka yang dalam bagi ribuan keluarga. Di daerah-daerah yang porak-poranda, rumah hilang diseret galodo dan banyak warga belum kembali dari pengungsian. Data resmi memperlihatkan skala bencana jauh lebih besar dari laporan awal.
Puadalops PB Sumbar melaporkan hingga 2 Desember 2025 pukul 21.00 WIB, tercatat 194 orang meninggal, 112 luka-luka, dan 116 masih hilang. Total warga terdampak mencapai 136.227 jiwa, sementara 23.316 orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Ratusan rumah hilang tersapu arus, sementara lainnya rusak berat, sedang, maupun ringan.
Kerusakan juga merembet ke fasilitas umum. Sebanyak 75 rumah ibadah, 13 fasilitas kesehatan, 97 sekolah, dan 13 perkantoran rusak. Jaringan transportasi terputus di berbagai titik: 7 ruas jalan dan 94 jembatan terdampak, membuat distribusi bantuan terhambat di beberapa wilayah.
Bencana ini dipicu fenomena cuaca ekstrem yang berkaitan dengan siklon tropis Senyar, menyebabkan curah hujan tinggi dalam waktu singkat. Di banyak nagari, warga menyebut galodo kali ini sebagai yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Relawan, TNI, Polri, dan tim SAR masih berjibaku di lapangan untuk mencari korban hilang, sementara data jumlah korban terus bergerak.
Skala kerusakan memperlihatkan betapa rentannya Sumatera Barat terhadap bencana hidrometeorologi. Di tengah penanganan darurat, masyarakat berharap proses pemulihan berlangsung cepat dan kebijakan mitigasi diperkuat agar tragedi serupa tidak kembali merenggut ribuan kehidupan.































