JAKARTA – Kontingen tinju Sumatera Barat secara tegas memutuskan untuk mundur dari ajang POPNAS XVII di Jakarta setelah merasa dirugikan oleh keputusan perangkat pertandingan yang dianggap tidak netral.
Peristiwa bermula ketika petinju Sumbar, Saif Rizki Al Qolik (kelas 48 kg putra), menghadapi petinju dari Maluku Utara, Mubin Moni. Meskipun Saif tampil unggul sejak ronde pertama hingga ketiga dan mendapat dukungan penonton, wasit menetapkan Mubin sebagai pemenang.
Keputusan itu kemudian memicu kemarahan tim. Jhoni Sikumbang, Bendahara Pengprov PERTINA Sumbar, yang ikut memimpin tim mengatakan: “Sekarang kita pulang, tidak usah lanjutkan pertandingan. Kalah menang itu biasa, tapi ini curang namanya.”
Sebenarnya, Sumbar masih memiliki satu partai tersisa, yakni petinju Yuga Andira Pratama (kelas 51 kg putra) yang dijadwalkan bertanding melawan petinju dari Jawa Barat, Geraldi Wiliagos Sabu. Namun keputusan untuk walk out telah diambil.
Pelatih tim tinju Sumbar, Miftah Rivai, menyatakan: “Bukan kali ini saja Sumbar dirugikan. Di partai sebelumnya juga sudah ada keputusan wasit yang kontroversial. Kami kecewa karena wasit tidak netral.”
Kritik tak hanya datang dari Sumbar. Secara nasional, PERTINA menolak keras campur tangan organisasi baru dalam penunjukan wasit dan hakim di POPNAS, menyebut hal tersebut sebagai “mencederai integritas olahraga” dan “berpotensi membahayakan keselamatan atlet”.
Di sisi lain, penyelenggara dan panitia teknis belum memberikan tanggapan resmi soal dugaan kesalahan penilaian dalam pertandingan ini, serta bagaimana prosedur penunjukan wasit dilaksanakan secara nasional maupun di cabor tinju POPNAS.
Kasus ini menimbulkan dua implikasi besar: pertama, bagaimana tanggung jawab penyelenggara nasional dan provinsi dalam memastikan dan menjaga netralitas perangkat pertandingan; kedua, bagaimana daerah seperti Sumbar bisa mempertahankan kepercayaan publik dan atlet terhadap sistem pembinaan olahraga ketika muncul persoalan semacam ini.
Kejadian ini pun menjadi catatan penting bagi warga Sumbar dan pengamat olahraga tentang perlunya pengawasan kuat terhadap perangkat pertandingan — agar aspirasi medali tidak tercoreng oleh keputusan off-ring yang dirasa tidak transparan.
Kontingen tinju Sumbar yang berdiri tegak mundur dari arena sebenarnya membawa lebih dari sekadar kekalahan — mereka mengangkat persoalan sistemik tentang netralitas dalam keolahragaan nasional. Bagi masyarakat Sumbar, insiden ini menjadi panggilan untuk memperkuat kehadiran daerah dalam struktur olahraga nasional dan memastikan bahwa perjuangan atlet muda tak berhenti di atas ring.
Ridwan Syafrullah – Sumbar FYi































