Perusahaan asal India, Indowud, berhasil mengubah sekam padi — limbah pertanian yang sering dibakar — menjadi papan bangunan yang tahan air, tahan rayap, dan bisa menggantikan kayu konvensional. Inovasi ini menyimpan potensi besar bagi Sumatera Barat untuk mengurangi penebangan hutan dan meningkatkan nilai limbah pertanian.
1. Data & fakta teknologi
Sekam padi selama ini merupakan limbah yang sering dibakar dan mencemari udara.
Indowud mengembangkan produk “NFC” (Natural Fibre Composite) yang menggunakan sekam padi sebagai bahan utama, dengan tambahan resin dan mineral.
Produk tersebut tahan air, tahan rayap, dan cocok untuk interior maupun eksterior bangunan.
Menurut laporan, dengan memanfaatkan sekam padi, penggunaan kayu bisa dikurangi hingga puluhan ribu pohon.
2. Konteks lokal Sumatera Barat
Di Sumatera Barat, padi adalah salah satu komoditas utama dan limbah sekam padi umumnya belum dimanfaatkan secara optimal.
Penebangan hutan di sumatera masih menjadi isu: inovasi seperti ini bisa menjadi alternatif untuk mengurangi tekanan pada hutan yang sering ditebang untuk kayu.
Jika diadopsi, teknologi ini bisa membuka peluang ekonomi baru: petani sekam punya nilai tambah, industri lokal bisa mengembangkan papan berbahan lokal, dan lingkungan mendapat manfaat.
3. Kronologi & dampak
Inovasi mulai diuji di India sejak sekitar 2017–2019, dan mulai diproduksi pada 2019 oleh Indowud.
Kini produk telah digunakan di India dan diekspor ke beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru, Oman.
Dampak langsung: mengurangi pembakaran sekam padi, mengurangi penebangan kayu, dan memperpanjang masa pakai bahan bangunan.
4. Kritik dan refleksi
Meskipun teknologi ini menjanjikan, adaptasi di Indonesia, termasuk Sumatera Barat, memerlukan regulasi, investasi, dan ekosistem industri yang mendukung.
Harus diperhatikan aspek rantai pasok: apakah sekam padi di Sumbar bisa dikumpulkan dan diolah secara efisien? Bagaimana kualitas dan harga dibanding kayu lokal?
Potensi sosialnya besar—petani bisa mendapat tambahan pendapatan—namun tanpa kebijakan yang mendukung, potensi ini bisa terlewatkan.
Inovasi seperti yang dilakukan oleh Indowud menunjukkan bahwa limbah pertanian bisa diubah menjadi peluang ekonomi dan lingkungan. Bagi Sumatera Barat, teknologi ini bukan hanya solusi teknis, tapi juga panggilan bagi pelaku industri, petani, dan pembuat kebijakan untuk berpikir ulang: apakah kita terus menebang hutan, atau memanfaatkan limbah padi dan melindungi alam?































