Hujan deras berkepanjangan di Kota Padang sejak Senin (24/11) malam membuat pengolahan air bersih milik Perumda Air Minum Kota Padang (PDAM) terhenti. Seluruh intake utama dilaporkan tertimbun lumpur dan sedimen, sehingga hampir semua Instalasi Pengolahan Air (IPA) tidak beroperasi.
Menurut Humas PDAM, Perumda AM Kota Padang, intake di IPA Guo, IPA Paraku, IPA Latung, IPA Jagad, IPA Palukahan, dan IPA Gunungpangilun terkena dampak sedimen berat akibat arus sungai. “Seluruh intake saat ini tertimbun lumpur dan material yang dihanyutkan arus sungai sehingga IPA tak bisa beroperasi,” ujar Humas, Selasa (25/11).
Petugas pun diterjunkan untuk membersihkan intake. Namun, derasnya curah hujan dan tingginya kekeruhan air sungai membuat proses pemulihan sulit dan berisiko. “Kami tetap berupaya agar air bisa didistribusikan, tapi karena faktor alam kita tak bisa berbuat banyak,” kata petugas.
Dampak gangguan ini dirasakan luas. Ribuan–ratusan ribu pelanggan di berbagai kecamatan di Kota Padang mendadak kehabisan pasokan air bersih. Direktur Utama PDAM, Hendra Pebrizal, meminta maaf dan kesabaran warga, seraya berharap curah hujan segera mereda dan sungai kembali jernih agar IPA bisa kembali beroperasi. Ia mengimbau masyarakat menampung air hujan atau memanfaatkan sisa air PDAM untuk kebutuhan darurat.
Konteks Lokal Sumbar:
Peristiwa ini menunjukkan kerentanan distribusi air bersih di Padang terhadap cuaca ekstrem — suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi geografis dan sistem drainase perkotaan. Warga di daerah rawan hujan dan sungai di kaki bukit tentu merasakan dampak langsung.
Gangguan ini mengingatkan pada pentingnya kesiagaan dini dan sistem mitigasi bencana bagi layanan dasar. Warga di Padang diharapkan bersabar sementara pemulihan berlangsung. Dan ketika air kembali mengalir, semoga distribusi air bersih bisa lebih tangguh menghadapi hujan ekstrem ke depan.































