AGAM — Hujan deras yang mengguyur Sumatera Barat sejak beberapa hari terakhir memicu galodo di Jorong Toboh, Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam. Dua warga meninggal, satu orang masih hilang, dan puluhan rumah hancur dihantam banjir bandang. Akses utama ke Malalak juga terputus akibat jembatan rusak berat.
Usai meninjau lokasi bencana di Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah langsung bergerak menuju Malalak Timur. Dengan kondisi jalan yang tak bisa dilalui kendaraan, Gubernur Mahyeldi memilih berjalan kaki di tengah hujan deras untuk mencapai lokasi terdampak.
Di perjalanan, Mahyeldi bertemu Bupati Agam Benny Warlis yang menyampaikan kondisi terkini. Selain korban jiwa, longsor dan galodo membuat listrik padam sejak Minggu dan komunikasi terputus. Situasi ini menyulitkan warga dan tenaga evakuasi di lapangan.
“Yang jelas kita selamatkan para korban terlebih dahulu. Setelah itu pembenahan dimulai dari kesehatan, bantuan kemanusiaan, hingga tempat evakuasi yang aman,” ujar Mahyeldi saat berada di Toboh, Kamis (27/11/2025). Ia menegaskan tidak ada alasan bagi dinas terkait untuk menunda tindakan. “Keselamatan masyarakat paling prioritas.”
Penanganan darurat kini difokuskan pada evakuasi korban, pemulihan kesehatan, serta pemenuhan kebutuhan mendesak warga terdampak. Pemerintah provinsi juga menyiapkan langkah cepat untuk rekonstruksi infrastruktur, terutama akses jalan yang terputus.
Sementara itu, Bupati Agam menjelaskan pihaknya telah lebih dulu turun ke lokasi untuk meninjau rumah warga dan menyalurkan bantuan selimut serta sembako. Namun meningkatnya curah hujan memicu longsor besar yang memperparah kondisi. “Dua orang meninggal dan satu masih dalam pencarian,” ujarnya.
Di lokasi bencana, personel TNI dan BPBD Agam turut membantu masyarakat membersihkan material banjir dan melakukan evakuasi. Upaya bersama ini menjadi sangat krusial mengingat sebagian besar wilayah Malalak saat ini terisolasi tanpa listrik dan akses komunikasi.
Bencana yang kembali menghantam Agam ini mengingatkan bahwa kawasan rawan galodo di Sumbar membutuhkan kesiapsiagaan lebih kuat, terutama saat curah hujan ekstrem mulai meningkat di penghujung tahun.































