PADANG PANJANG — Operasi pencarian korban bencana di Padang Panjang memasuki hari ke-12 dengan tantangan yang terus meningkat. Hujan lebat kembali mengguyur kawasan Lembah Anai, memaksa tim SAR menghentikan sementara pencarian karena risiko longsor susulan yang kian tinggi. Kondisi ini membuat proses evakuasi berjalan tidak stabil sejak beberapa hari terakhir.
BNPB menurunkan pejabat dan personel untuk mendampingi posko-posko daerah, termasuk Pos Pendamping Nasional yang aktif di tingkat provinsi. Penanggung jawab BNPB wilayah Padang Panjang, Rudi Supriyadi, menyatakan bahwa pihaknya terus memantau ketersediaan sumber daya di lapangan. Menurutnya, pemerintah memastikan operasi berlangsung sampai seluruh korban ditemukan.
Data BNPB terbaru mencatat 19 warga meninggal, 32 orang masih hilang, 4 orang luka-luka, serta 234 rumah rusak akibat bencana hidrometeorologi yang melanda kawasan tersebut. Dampaknya juga merusak infrastruktur utama. Akses jalan nasional Padang–Padang Panjang terputus sepanjang satu kilometer, sementara beberapa ruas jalan kecamatan tertimbun material longsor.
Setiap pagi, tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, PMI, BPBD, dan unsur pemerintah daerah tetap menggelar apel untuk menentukan titik pencarian. Namun cuaca tidak selalu memberi ruang aman. Siang hari, hujan deras memaksa tim kembali ke posko dan menunda penyisiran area yang masih berpotensi menyimpan korban.
Di sisi lain, upaya darurat terus berlangsung. Pembersihan material, pembukaan jalur, serta pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi di rusunawa dan rumah sewa dilakukan secara paralel. BNPB juga mulai mendata kerusakan infrastruktur dan kebutuhan logistik untuk tahap pemulihan.
Di Sumatera Barat, bencana hidrometeorologi bukan peristiwa baru. Namun intensitas hujan dan kondisi geografis membuat setiap kejadian membawa risiko besar. Situasi di Padang Panjang kembali mengingatkan bahwa kesiapsiagaan menghadapi bencana masih menjadi pekerjaan panjang yang belum selesai.































