Padang — BMKG melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau (Padangpariaman) dan BMKG Maritim Teluk Bayur mengeluarkan peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi di wilayah Sumatera Barat untuk periode 22 sampai 27 November 2025.
Kepala Stasiun Meteorologi Minangkabau, Desindra Deddy Kumiawan menjelaskan bahwa saat ini penguatan signifikan dari Monsun Asia menyebabkan dominasi angin baratan di wilayah barat Indonesia termasuk Sumatera Barat. Massa udara lembap dari Samudra Hindia bertemu dengan topografi Bukit Barisan dan berpotensi memicu fenomena orographic lifting yang intensif, meningkatkan peluang hujan lebat.
Faktor tambahan adalah anomali suhu muka laut dan gelombang Rossby ekuatorial yang memperkuat konveksi dan pembentukan awan hujan. Potensi hujan intens diperkirakan meningkat terutama di wilayah pesisir barat dan daerah perbukitan.
Untuk daratan, BMKG mencatat risiko tinggi di 13 kabupaten/kota: Padangpariaman, Pariaman, Padang, Pesisir Selatan, Sijunjung, Kepulauan Mentawai, Pasaman Barat, Agam, Tanahdatar, Solok, Dharmasraya, Solok Selatan, dan Limapuluh Kota. Potensi bencana mencakup banjir, banjir bandang, tanah longsor, genangan, angin kencang, petir, dan jalan licin.
Sementara di laut, peringatan berlaku hingga 24 November 2025 di wilayah perairan Sumatera Barat. Nelayan dan operator kapal diingatkan untuk mewaspadai hujan petir, gelombang tinggi, dan angin kencang.
Dari perspektif lokal Sumatera Barat, kondisi ini menegaskan fakta bahwa topografi dan posisi geografis provinsi ini memperbesar kerentanan terhadap cuaca ekstrem. Warga pesisir dan dataran tinggi harus memperkuat sistem tanggap bencana di nagari-nagari dan kelurahan untuk meminimalkan dampak.
Peringatan BMKG ini bukan sekadar himbauan teknis — ia menegaskan bahwa masyarakat Sumatera Barat perlu bergerak dari “kami tunggu kejadian” menjadi “kami siaga sebelum bencana”. Kesiapan kolektif di tingkat nagari dan komunitas menjadi kunci agar potensi risiko tidak berubah menjadi tragedi.































