Padang – Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-80 di Lapangan Imam Bonjol, Kota Padang, Minggu (5/10/2025), berlangsung megah dan penuh simbol kehormatan. Namun di balik kemeriahan itu, publik patut bertanya: seberapa nyata makna penghargaan yang diterima para kepala daerah, termasuk Bupati Solok, Jon Firman Pandu?
Penghargaan yang diserahkan langsung oleh Kasdam XX Tuanku Imam Bonjol, Brigjen TNI Heri Prakosa Ponco Wibowo, disebut sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan partisipasi Pemerintah Kabupaten Solok dalam mendukung kegiatan dan sinergi dengan TNI. Bupati Solok hadir didampingi oleh Dandim 03/09 Solok dan Kepala DPRKPP Kabupaten Solok, dalam suasana yang terkesan penuh kehormatan dan kebanggaan.
Namun, di sisi lain, masyarakat tentu berharap penghargaan tersebut tidak berhenti sebagai ajang seremonial tahunan.
Apresiasi semestinya diikuti bukti nyata dari kolaborasi antara pemerintah daerah dan TNI, terutama dalam bidang keamanan sosial, ketahanan pangan, hingga percepatan pembangunan desa-desa tertinggal di Kabupaten Solok.
Bupati Jon Firman Pandu dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan tersebut.
“Penghargaan ini merupakan bentuk kehormatan bagi Pemerintah Kabupaten Solok. Kami berkomitmen memperkuat sinergi dengan jajaran TNI dalam menjaga stabilitas daerah dan mendukung kemajuan masyarakat,” ujarnya.
Upacara dengan tema “TNI Patriot NKRI, Pengawal Demokrasi untuk Indonesia Maju” itu dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi, Forkopimda Provinsi Sumatera Barat, serta para Bupati dan Wali Kota se-Sumatera Barat.
Acara juga dimeriahkan dengan defile pasukan, atraksi militer, dan pameran alutsista yang menyedot perhatian ribuan warga Padang.
Namun, bagi sebagian pihak, penghargaan semacam ini harusnya menjadi pemicu evaluasi: sejauh mana sinergi TNI dan Pemkab Solok telah dirasakan masyarakat di lapangan? Apakah kerja sama itu sudah menyentuh sektor strategis seperti penanganan bencana, pengamanan wilayah rawan, dan peningkatan kesejahteraan petani serta nelayan?
Pertanyaan-pertanyaan ini layak diajukan, agar penghargaan tak kehilangan makna dan benar-benar menjadi cermin dari kemitraan yang produktif, bukan sekadar panggung simbolik.
Reporter: Ridwan Syafrullah, untuk SUMBAR.FYI