Padang — Di tengah gemuruh politik lokal, Wakil Wali Kota Padang Maigus Nasir resmi ditunjuk sebagai Ketua DPD NasDem Kota Padang dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) NasDem Sumbar di Hotel Santika, Minggu, 5 Oktober 2025. Keputusan ini menimbulkan pertanyaan strategis: apakah ini wujud penguatan struktur partai atau jalur pengendalian elite?
Penyerahan SK kepemimpinan dilakukan langsung oleh Ketua DPW NasDem Sumatra Barat, Fadly Amran, yang sekaligus menjabat Wali Kota. Dalam sambutannya, Fadly menyebut bahwa penunjukan Maigus sebagai langkah “memperkuat posisi struktural NasDem di Kota Padang.”ategi dan pertimbangan pengamat**
Seorang pengamat politik Universitas Andalas berpendapat bahwa keputusan ini dibangun atas dua kaki: (a) rekam jejak Maigus sebagai politisi yang sudah melewati lintas legislatif dan kini eksekutif; (b) statusnya sebagai putra daerah yang dianggap memahami karakter lokal. (kutipan itu Anda sudah sampaikan).
Menurut data tambahan, Maigus memang pernah menjabat anggota DPRD Sumbar periode 2019–2024 dan sebelumnya aktif dalam struktur legislatif di Kota Padang.
Sebelumnya (tahun 2024), NasDem Sumbar pernah memperkenalkan alasan memilih Maigus sebagai calon wakil wali kota: untuk melengkapi profil antara generasi muda (Fadly) dengan figur religius berpengalaman (Maigus).
Dengan kini posisi struktural partai di tangan satu poros — Fadly di provinsi, Maigus di kota — muncul risiko konsentrasi kekuasaan partai. Apakah mekanisme kaderisasi internal dan kontrol akuntabilitas bisa dijaga?
Meskipun momentum eksternal menyambut pengumuman dengan optimisme, keberhasilan jangka panjang tergantung pada aksi nyata — apakah kepemimpinan baru ini hanya simbol elite atau membawa perubahan dasar dalam partai di akar rumput?
Menurut data KPU, kepengurusan NasDem Sumbar termasuk yang memiliki komposisi perempuan sekitar 30,56 % (dari data pemutakhiran parpol 2023) — pertanyaannya, apakah kepemimpinan baru akan memperkuat atau memperlemah inklusivitas seperti itu?
Dalam sambutannya, Maigus menyatakan bahwa prioritasnya adalah konsolidasi internal, pengisian struktur hingga tingkat kelurahan, serta penguatan basis kader masyarakat.
DPD diharapkan segera merancang roadmap gerakan politik, program kerja partai serta kolaborasi legislatif-eksekutif agar kebijakan partai tidak hanya sebatas slogan.
NasDem di Sumbar akan diuji: apakah bisa bertumbuh sebagai kekuatan kaderistik (bukan hanya oligarkis) dalam waktu menuju Pilkada dan pemilu nasional.
Penunjukan Maigus Nasir memang bisa dibaca sebagai langkah efisien memperkuat struktur partai di lingkup kota. Namun, konteks kepemimpinan tunggal poros elit menuntut kewaspadaan kader dan publik agar tidak hanya “struktur yang rapat” tetapi juga struktur yang adil dan transparan.
Akan menarik untuk disimak apakah kepemimpinan baru ini benar-benar “menjawab rakyat” atau sekadar merapatkan barisan dari atas.