PADANG, SUMBAR.FYI — Di tengah upaya pelestarian budaya kuliner Sumatera Barat, Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, kembali menarik sorot lewat Samba Itam — satu sajian tradisional yang kini makin dikenal oleh publik luas.
Warna Hitam Pekat sebagai Identitas
Samba Itam, yang kadang disebut ayam gulai hitam atau gulai ayam galundi, memiliki ciri khas paling mencolok: kuah yang hitam pekat. Warna ini diperoleh dari pemanfaatan biji pohon Galundi (Vitex trifolia) yang disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Setelah bumbu utama masak sebagian (sekitar ¾), bubuk galundi dicampurkan ke dalam gulai ayam, menghasilkan warna dan keunikan aroma tersendiri.
Galundi sendiri merupakan tanaman yang dikenal dalam tradisi kuliner Sulit Air, dan penggunaan bijinya dalam masakan praktis tidak ditemukan di wilayah Minangkabau lain.
Fungsi Kultural dan Momentum Verifikasi
Menurut sejumlah dokumentasi lokal, Samba Itam tidak sekedar makanan, melainkan bagian dari identitas budaya setempat—menjadi sajian khas dalam acara adat seperti pernikahan, mandoa (syukuran), atau jamuan tamu kehormatan.
Tahun 2016 menjadi momen penting ketika Samba Itam tercatat dalam rekor MURI dengan penggunaan serentak 481 tungku untuk memasak secara massal dalam rangka peringatan Hari Jadi Nagari Sulit Air ke-195.
Kini, pemerintah daerah dan masyarakat setempat tengah mendorong Samba Itam sebagai calon warisan budaya tak benda yang diverifikasi oleh Kementerian Kebudayaan.
Tantangan Keterbatasan Akses dan Keberlangsungan
Meskipun eksistensinya makin dikenal, Samba Itam justru kerap sulit dijumpai bahkan di kawasan Sulit Air sendiri. Beberapa penggiat kuliner menyebut hidangan ini hanya disajikan pada acara-acara khusus, bukan dalam kehidupan sehari-hari.
Akses menuju Nagari Sulit Air pun menjadi salah satu hambatan; beberapa laporan menyebut bahwa infrastruktur jalan menuju lokasi terbilang rusak parah, menyulitkan wisatawan kuliner atau peneliti yang ingin menyaksikan proses pembuatan atau menikmati langsung Samba Itam.
Selain itu, regenerasi resep asli menjadi tantangan tersendiri. Karena proses pembuatan melibatkan teknik tradisional dan bahan lokal (galundi), tidak semua generasi muda di Sulit Air memahami atau tertarik melanjutkan praktik ini.
Potensi Wisata Kuliner dan Upaya Promosi
Para pelaku wisata dan kuliner di Sumbar melihat Samba Itam sebagai salah satu daya tarik unggulan wisata kuliner lokal. Bila dikemas dengan baik — seperti tur kuliner, demo pembuatan, dan paket wisata budaya — hidangan ini berpotensi menarik wisatawan dari dalam maupun luar provinsi.
Beberapa restoran kayu di Sulit Air, seperti Ampera Uni Nova (tepat di depan SDN 04 Koto Tuo Sulit Air), sudah mulai menghidangkan gulai ayam galundi sebagai menu khas untuk pengunjung. Pemerintah kabupaten pun didorong untuk menyertakan kuliner ini dalam promosi pariwisata daerah Solok dan Sumbar.
Menjaga agar Samba Itam Tak Sekadar Cerita
Samba Itam bukan hanya soal rasa dan warna yang unik, tetapi juga tentang bagaimana sebuah komunitas menjaga identitasnya dari generasi ke generasi. Untuk menjaga keberlanjutan, diperlukan dukungan yang konkret — mulai dari perlindungan status budaya, pelatihan generasi muda, hingga infrastruktur akses ke Sulit Air.
Jika Anda berkunjung ke Solok, jangan lewatkan mencoba Samba Itam langsung di Nagari Sulit Air — bukan sekadar kelezatan lokal, tetapi pengalaman kuliner yang sarat makna budaya.
Reporter: Ridwan Syafrullah, untuk SUMBAR.FYI