Padang — Peringatan ke-97 Hari Sumpah Pemuda digelar hari ini di Sumatera Barat, dipimpin oleh Wakil Gubernur Vasko Ruseimy. Momentum ini mengingatkan kembali bahwa semangat “satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa” yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 bukan hanya sejarah — tetapi panggilan tindakan.
Tema nasional tahun ini adalah “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu”. Tema ini relevan dengan kondisi masa kini: generasi muda menghadapi fragmentasi sosial, perubahan ekonomi, dan tantangan digital. Untuk itu, “bergerak” bukan sekadar mobilisasi fisik tapi kolaborasi antardaerah, antargenerasi, dan adaptasi inovatif.
Bagi ranah Minang, makna itu menambah dimensi lokal: Sumatera Barat memiliki tradisi kolektif dan adat yang bisa menjadi pondasi kuat untuk gerakan pemuda yang inklusif. Wakil Gubernur Vasko dalam sambutannya menekankan, “Peringatan ini bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari pemuda Sumbar”.
Namun, fakta menunjukkan masih ada jurang antara retorika dan praktik. Ruang kreatif di kota besar sering lebih aktif dibanding pelosok Nagari. Di Sinjai-nya Sumbar, akses teknologi, peluang wirausaha, dan jaringan nasional pemuda masih terbatas. Jika hanya diperingati secara simbolik, maka nilai persatuan dan gerak bisa kehilangan momentum.
Upacara dan pengajian memperingati Sumpah Pemuda memang penting sebagai pengingat kolektif. Tetapi lebih penting adalah bagaimana generasi pemuda di Sumbar menjadikan sumpah itu sebagai kompas untuk aksi: membuka komunitas lintas daerah, mendukung inovasi lokal, menjaga warisan budaya sambil berpikir global.
Peringatan ke-97 ini mengajak seluruh generasi muda Sumatera Barat: jangan sekadar hadir di upacara, tapi aktif bergerak. Karena persatuan dan gerak bukan hasil akhir — melainkan proses yang harus terus dijalani hari demi hari.






























